Senin, 17 Maret 2014

Hidup Untuk Masa Sekarang

Seorang pemuda bertemu dengan masa lalunya saat dia melamun,dan terjadi dialog :

Masa sekarang (ms) : hey saya adalah masa depanmu,maaf sudah menyiakan waktumu,maaf juga telah memupuskan mimpi mu untuk menjadi hebat,sekarang kau lihat betapa sy bukan siapa-siapa...

Masa lalu (ml) : hai saya adalah masa lalumu,menurutku kamu adalah orang terhebat dan terkeren yang pernah saya temui,terima kasih sudah menjadi aku yang sekarang ini,yg bisa tetap menjadi cahaya untuk orang-orang disekitarmu,yang mampu berdiri saat jatuh,yangg tetap tersenyum saat keadaan semakin buruk,yangg tetap menjadi kebahagiaan untuk orang lain. mungkin aku tidak akan merubah mimpi-mimpiku,karena itu adalah proses ku untuk menjadi hebat seperti dirimu,tapi yakinlah kamu adalah masa depan terhebat yang aku punya...

MS : tapi lihat aku sekarang,bahkan untuk makanpun aku harus ngutang,lihat hutang-hutang yg ku buat!!?

ML : hei,hidup bukan selalu soal uang! Lihat aku,bahkan aku belum berpenghasilan,tp apa aku lemah sepertimu?! Ingat,jika ditanya siapa yg paling mengagumimu?jawabannya adalah aku,masa lalumu! Ingat dulu kamu tertawa bahagia,apa itu karena uang?

Kita mungkin lupa,bagaimana kita punya semangat yg besar,mimpi2 yg indah,dan harapan  tertulus adalah menjadi kebahagiaan untuk orang lain.
Mungkin sekarang kita tengah dibutakan dengan urusan dewasa (hutang,pekerjaan, cinta,dll),tapi jauh dibalik itu kita lupa betapa berartinya hidup kita untuk orang lain,bahkan untuk diri kita sendiri. Nikmati saja proses hidup,dan tetap menjadi diri kita yang terbaik. (soh)

Ver receta completa...

Jumat, 16 November 2012

Kompetisi Sampai Mati

“Sebelum kita lahir di dunia ini pun, kita sudah berkompetisi dengan ribuan sel sperma lain untuk menjadi seperti sekarang ini.”
Itulah salah satu ungkapan yang disampaikan oleh Debora Amelia Santoso, Vice President of Corporate Communications Bank BNI saat berdiskusi ringan pada sebuah sharing moment di Perpustkaan Departemen Pendidikan Nasional beberapa waktu lalu. Kompetisi merupakan sebuah hal yang menjadi kodrat keberadaan mahluk hidup, bahkan sebelum mahluk hidup itu terlahir di bumi ini. Bagaimana tidak, kita terlahir dengan mengalahkan sel sperma lain guna membuahi sel telur. So, we are the champion.
Hampir semua lini kehidupan kita dipenuhi dengan kompetisi, baik yang kita rasakan secara implisit maupun ekspilisit. Saat kita masih kecil dengan beberapa saudara kandung, kita selalu berebut perhatian atau prioritas orangtua. Entah sadar atau tidak, hal itu terjadi alamiah. Kita ingin mendapat porsi perhatian lebih dibanding saudara kandung lain, kita ingin keinginan kita selalu mendapat persetujuan orang tua.
Beranjak masa sekolah, dimana kita berkompetisi dengan rekan sekelas untuk menjadi yang terbaik. Kalaupun tidak menjadi yang terbaik, setidaknya kita selalu berusaha untuk tidak menjadi yang terburuk di kelas. Kita pasti tidak mau dikenang sebagai orang terbodoh yang selalu mendapat peringkat akhir saat penerimaan nilai hasil belajar mengajar karena hal itu berpotensi besar menjadikan kita tinggal kelas. Setelah lulus sekolah dan kita diharuskan untuk meneruskan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, kita pun berusaha mendapatkan sekolah terbaik. Disitupun terjadi kompetisi perebutan kursi pada sekolah pilihan. Pertarungan dimulai dengan mempertaruhkan nilai yang di dapat di sekolah sebelumnya, hingga ujian masuk yang dihelat oleh sekolah tujuan.
Masuk dunia remaja saat kita sudah mengenal cinta, ternyata kompetisi tak kunjung sirna. Bahkan mungkin lebih kompleks dari apa yang sudah kita rasakan sebelumnya. Saat kita menginginkan seseorang spesial menjadi pacar atau pasangan kita, seringkali kita harus berkompetisi guna mendapatkannya. Beranekaragam cara dan strategi digunakan guna menaklukkan hati lawan jenis yang menjadi incaran. Dari seseorang yang sebelumnya kurang memperhatikan penampilan, kita pun tiba-tiba termotivasi untuk menata diri agar nampak lebih berseri .
Lulus dari perguruan tinggi, keadaan mengharuskan kita guna mencari pekerjaan. Kita berlomba-lomba dan bersaing dengan ribuan lulusan baru lain guna mendapatkannya. Data BPS awal tahun 2012 menunjukkan bahwa angka pengangguran untuk level lulusan perguruan tinggi 10,3 juta jiwa. Hal itu menggambarkan bahwa persaingan guna mendapat pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi juga cukup sengit. Coba tengok ketika ada bursa kerja atau job fair digelar, dipastikan pengunjung berjejalan memenuhi lokasi even. Pun demikian jika sebagian dari kita memilih untuk berwiraswasta. Tantangan persaingan dan kompetisi itu pun tidak bisa dihindari.
Sebuah pepatah mengungkapkan bahwa “succes is journey, not destination”. Mendapat pekerjaan atau berhasil memulai usaha (wiraswasta) ternyata belum menjadikan kehidupan kita tenang. Lagi-lagi kompetisi terjadi dengan wajah yang berbeda-beda untuk setiap pelakunya. Bagaimana kita bisa bekerja lebih baik dan berprestasi, bagaimana departemen atau bagian dimana kita bekerja harus menjadi tauladan bagi bagian lain, bagaimana kita berkontribusi lebih untuk perkembangan perusahaan adalah beberapa hal yang melandasi persaingan atau kompetisi dalam dunia kerja. Hal itu merupakan sebuah keadaan yang positif bagi perkembangan dan pertumbuhan sebuah perusahaan. Namun akan menjadi bumerang jika hal itu terjadi sporadis dan melibatkan kepentingan ego masing-masing pihak yang berkompetisi demi kepentingan pribadi.
Mungkin sebagian dari kita sudah familiar dengan istilah Office Politic atau Politik Kantor. Djajendra, seorang Corporate Motivator menjelaskan bahwa politik kantor adalah bagian dari dari interaksi manusia yang diperlukan agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan strategi yang diinginkan. Sebuah definisi normatif yang menggambarkan politik kantor adalah hal yang wajar dan tidak bisa dihindari.
Pada kenyataannya sering dijumpai arena politik kantor serupa dengan politik diluaran sana. Mungkin sudah kodrat, politik adalah selalu soal kekuasaan dan kepentingan. Pun demikian dengan politik kantor, orang-orang yang terlibat aktif didalamnya merupakan perwujudan dari upaya untuk mendapat kekuasan, pengaruh, eksistensi, dan lain sebagainya. Tidak heran, dalam sebuah organisasi perusahaan ditemukan klan-klan atau kelompok pengaruh yang berusaha menggalang kekuatan guna mengamankan tujuan bersama maupun demi kepentingan pribadi. Para profesional seringkali demi karir akan siap berteduh dibalik nanungan klan atau kelompok yang dianggap kuat. Disinilah kadang loyalitas didapatkan dari mereka ketika sistem dalam sebuah perusahaan gagal menarik orang menjadi loyalis.
Sementara itu, perusahaan pun juga masih harus berkompetisi dengan perusahaan lain untuk memenangkan tujuan yang sudah ditetapkan. Bagi perusahaan B to C (business to costumer) pemasaran produk, omzet, ROI adalah hal yang sangat penting. Sedangkan bagi perusahaan B to B (business to to business) produk, servis, image merupakan beberapa hal yang harus diutamakan. Belum lagi jika perusahaan sudah terjun ke lantai bursa saham, keadaan akan lebih kompleks lagi karena berhubungan dengan pemegang saham yang dimiliki publik.  
Kompetisi, persaingan, perlombaan adalah beberapa kata yang tak serupa namun dapat bermakna sama. Setiap denyut kehidupan kita selalu dipenuhi oleh kenyataan itu. Kita hanya bisa terbebas dari belenggu itu saat nyawa sudah tidak dikandung badan. Mari berjuang!
Ver receta completa...

Sabtu, 29 Januari 2011

Kopi Bisa Menyerap Aroma Lain


            Saya pernah berbincang dengan salah satu konsultan kopi di salah satu cafĂ© di Sidoarjo. Ternyata eh.. ternyata… Kopi bisa beradaptasi dengan apa saja, contoh untuk menghasilkan kopi moka, cara terbaik adalah mendekatkan kopi dengan coklat selama beberapa waktu. Memang tidak singkat, namun itulah sifat kopi.

            Ada kalanya kita berada diposisi yang sama, berbaur dengan lingkungan kita. Tapi tidak semua lingkungan berdampak baik terhadap kehidupan kita. Kita hampir tidak akan bisa menjadi orang sukses jika kita terus berbaur dengan orang bermasalah. Sifat dasar mausiapun tidak jauh dari kopi, mudah merespon rangsangan, khususnya dalam hal ini adalah tindakan dan perilaku, dari dunia sekitarnya. Bisa dikatakan 25% dari perilaku kita adalah respon dari lingkungan sekitar kita.

            Jika pernyataan saya tadi benar, maka ada baiknya kita memilah dan memiilih lingkungan sektar kita. Contoh kecil lainnya adalah, seorang anak yang berkembang sebagai  seorang musisi, kebanyakan berawal dari lingkungan yang cinta musik. Dari situ, berarti kita harus tahu lingkungan mana yang terbaik bagi kita. Jika anda sudah menemukan lingkungan itu, yang saya yakin adalah lingkungan yang siap mengubah pola pikir dan perilaku anda menjadi seorang yang sukses, maka lakukan beberapa tindakan berikut ;

Amati kesuksesan mereka, cari sumber dari mana, dan dengan cara apa mereka sukses.
1.      Amati perilaku mereka, cara berbicara, pola pikir, ide-ide mereka.
2.      Buat sebuah analisa, tentang bagaimana lingkungannya, latar belakang pendidikannya, dan lain-lain.
3.      Jangan berusaha menggurui mereka, tapi mintalah saran tentang suatu hal, yang mungkin berhubungan dengan pengembangan kepribadian anda.
4.      Berikan rangsangan berupa ide, konsep, dll. Kepada mereka, agar anda mendapat feedback yang lebih dari mereka.

Setelah anda mengamati, dan mempelajari tindakan mereka, kini saatnya melakukan ATM, Amati, Tiru, Modifikasi. Jangan sampai, proses pembelajaran anda tidak membuahkan hasil. Banyak dari kesuksesan berawal dari meniru. Tapi anda harus ingat, bahwa proses meniru yang handal, adalah dengan tidak menyama rupakan hasil dan proses engerjaan, karena nantinya anda akan dianggap sebagai plagiat.

            Beradaptasi, berarti anda dituntut untuk kreatif. Kreatif mengamati, menciptakan, dan melakukan hal baru, dari hal yang sudah ada. Misalnya membangun sebuah usaha, dengan meniru dan membubuhkan konsep baru, dari bisnis yang pernah ada. Tapi menurut saya, pitarlah melihat sebuah peluang usaha, jangan sampai anda meniru bisnis yang tengah menjamur. Pasalnya, usaha anda akan ikut manjadi jamur, dan mati jika minat pasar sudah menurun. Tapi jika anda yakin bahwa anda bisa melakkannya, kenapa tidak? Bukankah semua hal yang kita ingini harus dicoba, sebelum anda melihat hasil akhirnya.

Ver receta completa...

Kamis, 02 Desember 2010

Lagi : Jadilah Seperti Kopi (2)

Pernakah anda membayangkan, bagaimana sebuah kopi diproses, hingga menjadi minuman yang siap anda santap setiap pagi, atau mungkin saat anda tengah bersantai dengan kerabat? Dalam masa pemrosesannya, kopi harus mengalami berbagai macam alur yang bisa dikatakan tidak mudah. Butuh waktu 6 sampai 7 bulan sebelum bunga kopi berubah menjadi buah kopi berwarna merah. Sebelum menjadi buah pun, kopi sangat anti oleh air hujan dan cuaca yang menyengat. Pohon kopi pun selalu dipangkas dengan maksimal ketinggian kira-kira setinggi tubuh manusia, hal ini agar tidak menyulitkan saat panen. Setelah dipetik dan berwujud biji, kopi mulai disangrai (bila menggunakan cara konvensional) di api yang panas, ditumbuk disebuah palung hingga halus, dan menjadi bubuk kopi yag siap disajikan.

Layaknya hidup kita, untuk menjadi sukses, kita harus menjadi seperti kopi. Dipupuk agar tumbuh menjadi biji berkualitas, kita harus menjaga emosi kita, agar tidak terlalu panas, dan juga terlalu dingin, mimpi-mimpi kita pun sering terpangkas waktu, agar tidak terlalu tinggi, dan anda mampu mewujudkannya, belum usai dengan terpaan itu, kita harus rela digoreng menjadi manusia berpendidikan, dan akhirnya ditumbuk oleh pengalaman, hinaan, dan juga masalah yang ada. Setelah kita mampu melewatinya, kita baru dapat disebut sebagai kopi berkualitas, yang siap dipasarkan.

Seluruh perjalanan hidup kita adalah proses, dimana setiap harinya menentukan jadi apa kita nantinya. Pada pembahasan sebelumnya saya sudah men-sharing kan tentang pengenalan diri, tentang bagaimana memotivasi diri saat anda terpuruk, dan bagaimana membentuk pribadi kita. Dari pembahasan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa menjadi manusia berkualitas harus terkonsep, tertata, dan tahan terpaan. Mungkin di pembahasan selanjutnya nanti, anda akan menemukan bagaimana kita mampu berpikir positif, dan mengembangkan apa yang kita mampu.

Ada kalanya anda jatuh ketanah, dan seakan tidak bisa melanjutkan perjalanan untuk menjadi kopi yang berkualitas. Tapi jangan khawatir, sebagai calon biji kopi, anda harus siap memulai perjalanan anda dari bawah, karena buah kopi yang jatuh ketanah, dengan sedikit proses hidup, akan berkembang menjadi pohon kopi baru yang siap tumbuh, dan menghasilkan kopi-kopi baru, yang mungkin akan lebih berkualitas dari biji-biji kopi yang tumbuh sebelumnya. Disini mental dan kesiapan menjadi tantangan anda. Tak banyak orang yang bisa merangkak lagi dari bawah. Tapi banyak nama-nama sukses seperti Colonel Sanders (Founder KFC), Abraham Lincoln ( Presiden Amerika Serikat), Tomas Alfa Edison (Penemu Bola Lampu) dan masih banyak lagi. Taukah anda bahwa mereka harus jatuh, bangun, dan jatuh lagi, sebelum mereka meraih kesuksesan.
Ver receta completa...

Sabtu, 06 November 2010

Ayo Kita Menjadi Dewasa



Diusia saya yang baru menginjak pertengahan kepala dua, dan menjelang hari berkurangnya umur,  teringat  sebuah kebodohan usia belasan saya (yang masih terbawa hingga awal dua puluh). Gaya hidup era modern yang sangat menggiurkan, agakya menjadi sangat wajar bagi semua orang seumuran itu. Berbagai impian dan ambii menjadi tameng akan perlunya mengikuti tren masa hi-tech.

Rayuan dan rengekan khas balita mulai dilancarkan. Bak seorang anak raja, saya mulai menyusun strategi untuk meminta dipenuhinya kebutuhan semu itu pada orang tua. Mulai dari kata, "soalnya gini lho.." atau mungkin, "Enak kalo pake itu, bisa ..."

Dengan sedikit trik jitu, beberapa barang dambaan itu mulai terasa dekat. Walaupun saya sadar, penghasilan orang tua saya tidak cukup menunjang untuk meghadirkan fasilitas-fasilitas fiktif itu. Waktu itu, saya sangat menginginkan Hape berfitur kamera dan mp3. Lifestyle yang patut diikuti (menurut saya) pada saat itu, wow...semuanya terwujud dengan sedikit rengekan dan paksaan.

Taukah anda dari mana orang tua saya bisa membelikan HP itu? Uang setoran toko...dan saya yang pada saat itu paham berpura-pura untuk bodoh. Tanpa ambil pusing, saya berhura-hura diatas penderitaan orang tua. Yang ada dalam otak saya waktu itu adalah gaul..gaul..dan gaul.

Tak selang beberapa saat, karena keadaan yang sangat memaksa, HP itu harus dijual, dan tak lama, HP baru dengan tipe yang sama hadir. Ego kembali meraja, karena rengekan yang lebih ganas kembali diarahkan pada rasa Cinta orang tua yang tak terhingga. Barang-barang mahal lainnya siap dalam antrian mereka, Laptop, Kamera, dan semua barang yang menaikan gengsi saya dari seorang penjaga toko, menjadi anak direktur.

Sebelum semua hal itu terwujud, krisis ekonomi mulai melanda. Cobaan bertubi-tubi datang menghadang. Diawali dengan ego bodoh saya.

Hingga saat saya memutuskan untuk mendapatkan uang saku tambahan dengan bekerja di sebuah media lokal, dengan gaji awal Rp. 175.000,- per bulan. Perputaran arus terasa sangat drastis bagi saya saat itu, bekerja 26 jam, menempuh panas dan dingin, omelan, dan juga waktu yang terasa berat, membuat saya sadar. Penghasilan seorang penjaga toko dengan jam kerja 12 jam sehari, dan harus menuruti semua rengekan saya selama ini terasa bagai sebuah cambukan bagi saya. Seakan saya mendapat balasan berlipat ganda.

Ditengah semua keluh kesah saat itu, saya teringat akan pertanyaan ayah minta HP itu. " Apa perlu banget?" Sementara keadaan saat itu, jangankan HP, untuk makan tiap hari sagat sulit. Keadaan berat membuat saya berubah, setidaknya untuk merubah keadaan saya saat itu.

Kerasnya hidup yang baru saya rasakan saat itu membuat saya belajar akan satu hal, gaya hidup boleh saja, selama itu merupakan kebutuhan kita, bukan keinginan kita. dengan sedikit usaha, akhirnya saya mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi saya. namun bukan itu yang terpenting, tapi bagaimana kita mampu berpikir dewasa, dan tidak lagi merengek dan meminta sesuatu yang tidak berharga sama sekali untuk kehidupankita dikemudian hari.

saya rasa kita adalah orang-orang terpilih, yang harus tahu tentang sebuah taggung jawab, terlebih tehadap tindakan kita, orang tua kita sudah memberi banyak, jadi saatnya kita yang menunjukan hasil terbaik kita untuk mereka. pada dasarnya mereka tidak pernah menuntut balasan apapun dari kita, karena peluhnya adalah senyum kita, kebahagiaan kita, dan teramat hina bila kita memperlakukan mereka sebagai komoditi pemenuh keinginan kita.

menjadi mandiri bukan berarti memenuhi kebutuhan kita sendiri, namun bagaimana kita bisa berusaha dengan daya semaksimal yang kita bisa, dan membuat sebuah perubahan kecil untuk orang-orang disekitar kita, dan bila semua itu terwujud, berarti kita sudah siap untuk menjadi orang dewasa.

Menjadi dewasa, berarti tahu apa yang kita butuhkan, dan tahu apa yang terbaik buat kita setidaknya untuk kita sendiri, memprioritaskan pilihan, dan melakukan semua hal yang terbaik bagi sesama kita.
Ver receta completa...

Quotes Warung Kopi

Beberapa saat yang lalu, selepas menyelesaikan tugas kantor, seperti biasa saya sempatkan untuk mampir di coffee shop tradisional alias warung kopi (yang jelas bukan starbuck). Biasanya saya mulai membuka buku agenda kerja, paling tidak untuk memastikan tak ada satupun kerjaan yang terlewatkan, karena saya memang bukan karyawan teladan, dan sering bos mengingatkan kewajibkan saya (sangat sulit menemukan bos kaya gini...).

Tiba-tiba seorang kawan, sekaligus motivator bagi saya meng-SMS saya, biasanya memang kami meluangkan sedikit waktu untuk sharing dan bertukar informasi. Dia adalah lulusan kreatif dari salah satu kampus negara di Solo (Termasuk menyarankan saya untuk lekas menyelesaikan skripsi dan beban kuliah)

Dia sering memberikan saran dari setiap pekerjaan saya, dan hari itu topiknya adalah Brand Activity. lebih dari 2 jam kami berbincang, mulai dari kritik iklan, hingga pengalaman di masing-masing tempat kerja. Kebetulan kami ada di posisi yang sama di dua perusahaan yang berbeda. Dia di Salah satu brand rokok nasional, dan saya di media cetak.

Dari sekian pembicaraan yang terjadi, dia melayangkan Quotes atau bahasa sini nya Kata Mutiara yang perlu saya pertimbangkan. Dia bilang, "Work Hard, Sleep Hard, Die Hard", hmm...boleh juga. Cukup masuk akal dan bisa dijadikan semangat. Sekaranng mari kita pahami bersama.

Work Hard, Sleep Hard, Die Hard, mungkin 3 kata yang bila selintas hanya gabungan 3 kataa Hard yang dilengkapi oleh kata kerja didepannya..Tapi buat dia dan saya tidak, Kerja Keras, Susah Tidur, Susah Mati, begitu kira-kira kalau di Indonesiakan.

Dari 3 kata itu, dapat disimpulkan bahwa orang sukses selalu melalui 3 hal tadi. Bekerja dengan keras dengan sungguh hingga susah tidur, tapi proses tidak pernah berbohong. Makin keras kita berusaha, makin susah pula buat kita untuk menyerah. Hal rumit selalu berawal dari hal kecil yang tak terselesaikan. Keberhasilan selalu berawal dari kegagalan yang berulang-ulang.

Ingatkah berapa kali edison gagal dalam eksperimennya saat bola lampu diperkenalkan, atau Lincoln yang selalu dirundung kegagalan selama bertahun-tahun, atau mungkin juga sanders yang harus menawarkan resep ayam goreng KFC ke 1007 restoran, sebelum diterima oleh restoran ke 1008. Mereka itu adalah golongan orang-orang yang susah mati, bukan karena mereka bernyawa 9, tapi kekebalan terhadap sebuah masalah yang datag berulang-ulang mampu membuat mereka bertahan, itu lah yang membuat mereka layak mendapat gelar Die Hard.

Anda dan saya pun bisa, bukankah mereka-mereka itu juga mengalami susah tidur karena stress? Dalam kehidupan kita selalu ada yang namanya berproses. Beralih dari sebuah kebiasaan, menjadi aktivitas, dan tak jarang yang berbuah keberhasilan.

Sadarkah anda, saat kita sedang berproses, mencoba untuk bersungguh-sungguh terhadap sebuah pilihan (biasanya komitmen pekerjaan), apapun kita kerahkan utuk satu kata 'Keberhasilan', namun yang sangat disayangkan  adalah, seberapa kuat kita mencoba dan mencoban bangkit ketika kita jatuh.

Anda boleh jatuh saat anda lelah dalam kesendirian, tapi anda harus bangkit sebelum orang melihat anda jatuh.
Ver receta completa...

Tuhan Memang Satu

Tuhan memang satu, kita yang tak sama…
- Marcell-Peri Cintaku –

Hmm.., kata-kata yang indah dari seorang marcell yang penuh filosofi. Setidaknya kita semua paham, bahwa Tuhan adalah super power, sang Maha dari segala-galanya. Namun esensi itu kian bergeser, kini Tuhan seakan dibagi menjadi beberapa hal dan bentuk. Betapa sadisnya, Manusia membeda-bedakan esensi Tuhan, yang pada dasarnya adalah sama.
            Mari kita berkias balik, apa Tuhan yang kita sembah pernah membedakan kita, apa Dia memilih untuk menumpahka berkatnya pada kita manusia. Kerap kali kita menganggap Tuhan adalah agama, dan naasnya, Tuhan dijadikan komoditi pencarian umat. Hmm…, Dunia yag berubah, atau manusia yang semakin pintar?
            Seakan kita lupa, bahwasanya Tuhan punya satu sifat, yaitu Maha bijaksana, apa jadinya bila kita memikirkan ibadah bila tidak ada Tuhan didalamnya, atau mungkin kita beramal jika tidak ada ketulusan?
            Beberapa bulan yang lalu, saat saya liputan disalah satu daerah bencana, saya mendengar seorang anak melontarkan pertanyaan polos pada ibunya, “Ma, tadi aku lihat Tuhan, lho,” katanya. “Oh, ya? Dimana?” jawab ibunya, “Tadi temenku jatuh, terus ada bapak-bapak yang nolong dan bawa kerumah sakit, terus waktu temenku sudah diobati, bapak itu udah ga ada,” kata anak itu lagi. Lantas sang ibu hanya bisa tersenyum bangga.
            Setidaknya anak itu melihat Tuhan dengan cara pandang lain, yaitu dari ketulusan, keikhlasan, dan kebaikan orang lain. Begitulah seharusnya kita memandang Tuhan, dengan hati, dan bukan mata, maupun ucapan. Seakan kita lupa bahwa Tuhan adalah pengasih, sering kali saat kita sehat, kita membeda-bedakan golongan, ras, terlebih agama, namun saat bencana melanda, dan saat kita membutuhkan pertolongan, apa kita masih melihat agama, dan hal lainnya sebagai pembantu kita.
            Seandainya kita benar-benar manusia yang banyak khilaf, apakan kita masih menganggap Tuhan sebagai sebuah Agama? Bukankah Tuhan tidak pernah membedakan agama? Bayangkan saja bila Tuhan memandang kita dari Agama kita, kepercayaan kita, bahkan kaum tertentu, apa kita masih bisa merasakan keindahan?
            Mari kita buka hati utuk melihat Tuhan, dan bukan dengan presepsi kita sebagai manusia yang serba terbatas. Mari kita melihat Tuhan dengan kepolosan kita, ketulusan kita, dan mulaiah memberikan hal kecil nan indah pada sesama kita, dimulai dari hal-hal kecil, dan niscaya kita sudah melakukan hal besar untuk Nya.
Ver receta completa...
Anterior Inicio
 
Make Share With A Cup Of Coffee Template Copy by Blogger Templates | Schatz |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES